Merunut
pada pandangan Darwinian, tumbuh kembang manusia mencakup segala aspek yang
diperlukan untuk bertahan hidup,
mengembangkan diri dan adaptif terhadap lingkungan. Salah satu hal penting
bagi pertumbuhan
individu agar menjadi manusia yang seutuhnya yaitu pendidikan karakter yang
dilakukan sejak dini (Christiana, W, 2005). Karakter manusia akan menentukan
kualitas SDM, dimana karakter bangsa
sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Karenanya karakter yang
berkualiyas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Freud (dalam Papalia,
E.D., dkk, 2008) menyatakan bahwa kegagalan penanaman kepribadian yang baik di
usia dini akan membentuk pribadi yang
bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya
dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan
anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.
Perkembangan manusia merupakan suatu
proses berkelanjutan yang terjadi secara bertahap, demikian halnya dengan
perkembangan dalam pembentukan karakter. Pembentukan karakter bukanlah suatu
proses yang instan, atau semudah membalik telapak tangan. Agar menjadi karakter
yang melekat dan terintegrasi dengan kepribadian maka pendidikan karakter
semestinya diberikan seiring dengan proses perkembagan yang bertahap dan terus menerus pula semenjak usia dini.
Menurut Piaget (dalam Woolfolk, S, 2009) tujuan utama pendidikan pada usia dini
seharusnya “form not furnish”, yang
artinya bahwa pendidikan untuk membentuk pikiran dan bukan mengisi pikiran
dengan berbagai atribut/hal-hal artifisial. Oleh karenanya pendidikan pada anak
usia dini seharusnya diarahkan pada kesadaran pemikiran untuk membentuk
karakter.
Karakter
bukan sekedar hasil dari sebuah
tindakan, melainkan secara simultan merupakan hasil dan proses. Dengan demikian
pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antar pribadi
dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar
pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya, sehingga ia dapat semakin
bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan
orang lain dalam hidupnya (Koesoema, D., 2010).
Tujuan dari
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter adalah kebebasan dan
otentisitas individu agar menjadi pribadi yang mampu mengembangkan tangung
jawab moral integral dalam membangun harmoni kehidupan bersama serta berbangsa
dan bernegara.
Agar
menjadi suatu yang mudah terinternalisasi maka pendidikan karakter yang
diberikan pada anak usia dini harus menyatu dalam bentuk nilai-nilai kehidupan
yang dijalaninya waktu demi waktu. Menyemaikan nilai-nilai kehidupan sejak usia
dini, sebetulnya merupakan hal yang mudah namun memberikan kemanfaatan sangat
besar. Pada usia dini anak memilki
kapasitas belajar yang besar untuk belajar selain itu anak merupakan sebagai sosok yang mampu memecahkan masalah sendiri secara aktif (active problem solver), serta memiliki
cara sendiri untuk memahami dunia (Bruner.J, dalam Palmer, J.A . 2001). Melalui
kapasitas belajarnya anak membangun pondasi dan ikatan intelektual yang kuat sebagai
dasar pemahamannya tentang nilai-nilai kehidupan.
Pembiasaan-pembiasaan yang diberikan sejak
usia dini melalui aktivitas keseharian dalam
keluarga dan lingkungan menjadi akar yang kokoh untuk bertumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai kehidupan dalam konteks etika, moral dan
sosial-emosional. Begitu pula ketika anak mulai menginjak pendidikan pra
sekolah, diharapkan mereka dapat belajar dan menguasai ketrampilan-ketrampilan
dasar dalam membangun sikap, perilaku dan hubungan antar sesama. Aktivitas
apapun yang dilakukan anak dapat dimuati oleh nilai-nilai yang tertanam secara
menyenangkan, menghibur dan memberikan kebebasan anak untuk menjelahi
relung-relung dimensi kehidupan. Penanaman nilai–nilai kehidupan dapat
dilakukan dengan mudah, karena sejatinya manusia diciptakan dengan seperangkat
potensi untuk tumbuh menjadi baik dan survive/mampu bertahan dalam kehidupan.
Pengasuhan yang tepat sesuai karakteristik, kebutuhan dan potensi anak secara tidak langsung akan membangun
karakter-karakter positif. Sebaliknya pengasuhan yang salah akan memunculkan
serangkaian sikap dan perilaku yang
mereduksi nilai-nilai kebaikan dan menggerus optimalisasi tumbuh kembang
kehakikian karakter-karakter positif
manusia.
Karakteristik,
kebutuhan dam potensi anak terwakili dalam tahapan-tahapan perkembangan yang
dilalui oleh anak, pada tabel dibawah ini :
Perkiraan Umur
|
Deskripsi
Karakteristik Perkembangan
|
Lahir-12 hingga 18 bulan
|
·
Bayi
membentuk hubungan pertama yang penuh kasih sayang dan penuh kepercayaan
dengan pengasuh atau mengembangkan sense
of mistrust (rasa tidak percaya)
·
Bayi
merespon suara ibu dan mengembangkan rasa suka terhadap suara tersebut
·
Kemampuan
untuk belajar, mengingat dan merespon terhadap
stimuli sensoris mulai berkembang
|
18 bulan hingga 3 tahun
|
·
Pertumbuhan
fisik dan perkembangan ketrampilan motork sangat tinggi
·
Energi
anak diarahkan pada pengembangan berbagai ketrampilan fisik, termasuk
berjalan, memegang,.
·
Keterikatan
terhadap orang tua dan orang lain mulai terbentuk
·
Kesadaran
diri terbentuk
·
Peralihan
dari ketergantungan menjadi otonomi terjadi
·
Ketertarikan
kepada anak-anak lain meningkat
·
Pemahaman
dan penggunaan bahasa berkembang
dengan cepat
|
3-6 tahun
|
·
Anak terus
menjadi lebih asertif dan mengambil lebih banyak inisiatif, independen dan
kontrol diri
·
Konsep
diri dan pemahaman terhadap emosi
tumbuh; pegharapan terhadap diri
adalah suatu yang global
·
Identitas
gender dibangun
·
Permainan
menjadi lebih imajinatif
·
Kebersamaan,
agresi dan rasa takut merupakan hal
yang biasa muncul
|
(Papalia,
E.D., dkk, 2008 & Woolfolk, S, 2009)
Tercapainya kemampuan
dalam tahapan perkembangan anak secara optimal, menjadi penanda bahwa anak
mendapatkan pemenuhan kebutuhan untuk mengenali,
memahami dan mengalami berbagai hal termasuk nilai-nilai kehidupan dasar.
Dengan demikian pendidikan karakter pada anak usia dini adalah suatu proses
dimana anak mampu melampaui tahap-tahap perkembangannya tanpa kendala sehingga
memunculkan kebebasan untuk menjadi individu yang khas yang pada akhirnya
menjelma menjadi individu yang memiliki pikiran, sikap dan perilaku positif.
Tepat
Asuh Anak Tangguh
Pencapaian tahap
perkembangan yang optimal tentu memerlukan pengarahan dan bimbingan yang tepat
dari orang tua/ pendidik yang ada di sekitar anak. Aktivitas apapun yang
dilakukan oleh anak, dapat diwarnai oleh nilai kehidupan. Aktivitas bermain yang
dilakukan anak memiliki potensi untuk mendapatkan muatan pendidikan karakter.
Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan dapat berfungsi sebagai stimulasi
aspek-aspek perkembangan (Tedjakusuma, 2002).
Pada saat anak bermain peran, misalnya bermain “rumah-rumahan” yang
dilakukan secara bersama-sama, anak dapat belajar tentang “caring”, “respect”
dan “responsibilitas”. Anak akan belajar mengenali, memahami dan melakukan tindakan untuk membantu, menghargai
dan saling berbagi peran dan bertangung jawab terhadap peran yang
dimainkannya. Oleh karenanya ketika anak
bermain peran, orang tua/pendidik dapat memasukkan nilai-nilai kehidupan
melalui pemberian umpan balik atas aktivitas anak. Ketika anak berbuat curang
dalam permainan misalnya, orang tua/pendidik dapat meluruskan dan mencontohkan
alternatif perilaku yang lebih positif dan memberikan gambaran akibat dari
perilaku curang.
Kegiatan bermain yang dilakukan secara individual, juga
dapat dimasuki oleh nilai-nilai kehidupan. Misalnya ketika anak membaca buku
cerita atau menonton film, pilihkan isi
cerita atau isi film yang mengandung unsur keteladanan. Berikan respon yang
menyenangkan apabila anak meniru perilaku baik tokoh cerita. Pelihara perilaku
tersebut terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Interaksi
orang tua-anak juga dapat menjadi media penyemaian nilai-nilai kehidupan. Sikap
dan tindakan orang tua yang memperlakukan anak dengan baik tentunya akan
menyuburkan potensi positif yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh anak.
Komunikasi menyenangkan, fasilitasi yang proporsional serta dukungan dan
penerimaan tanpa syarat pada anak menjadi lahan tumbuhnya akar kokoh
nilai-nilai kehidupan. Pengasuhan yang
tepat akan menghasilkan anak-anak yang tangguh dalam menghadapi kehidupan.
Sedangkan salah asuh membuat anak rapuh.
Daftar
Pustaka
Koesoema, Doni .2009. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta
. Grasindo
Koesoema, Doni .2010. Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak
Di Zaman Global. Jakarta. Grasindo
Chrisiana,
Wanda. 2005. Upaya Penerapan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa (Studi Kasus di
Jurusan Teknik Industri UK Petra) Jurnal
Teknik Industri vol. 7, no. 1, juni 2005: 83 – 90
Palmer, Joy, A. (2001) 50 Pemikir Pendidikan Dari Piaget sampai Masa Sekarang (terj).
Yogyakarta: Penerbit Jendela
Papalia, E.D, Old, S.W., &
Feldman, R.D. 2008. Human Development.
9th ed. Mc Graw Hill
Companies
Tedjakusuma, M. 2002. Main, Bermain, Permainan. Jakarta :
Radjawali Press
Woolfolk, Anita (2008) Educational Psychology Active Learning
Edition 10th ed. Boston :
Pearson Education Inc. Allyn and
Bacon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar